Visual Art May-June 2012

Visual Art (Indonésien)

18 June 2012

All the versions of this article:
English français Indonesia

Visual Art, edisi bulan Mei-Juni 2012

(KEMBALI) EKSOTIKA BALl(?)

Visual Art May-June 2012, page 32

Tidak banyak hal yang baru saat kita meli­hat karya-karya JP Haure ten­tang Bali. Sosok perem­puan ber­ka­men leng­kap dengan bunga di sang­gul kem­bali muncul di atas kanvas-kan­vas­nya. Lelehan cat yang diba­lur­kan sede­mi­kian rupa menam­pak­kan kesan nos­tal­gia akan ekso­tika ter­se­but.


Terlebih lagi saat kanvas-kanvas ter­se­but dibing­kai dengan elok­nya paha­tan pepa­tran pada bing­kai yang dila­pisi emas (gil­ding). Teknik pem­bing­kaian­nya pun tak kalah rumit, dengan sistem peng­ga­bun­gan klasik ala Eropa. Karya-karya sang seni­man memang seper­ti­nya sen­gaja melon­tar­kan pemir­sa­nya untuk ber­nos­tal­gia kepada per­pa­duan ekso­tika klasik Barat dan juga Timur. lnilah yang dite­mui saat mema­suki ruang pamer Mon Decor Gallery di Jakarta Art District. Pameran Rhapsody for the Otherness ini pun sebe­lum­nya ditam­pil­kan di One East Asia, Singapura.


Nostalgia. Sepertinya memang inilah yang muncul di banyak benak para wisa­ta­wan ten­tang Pulau Dewata itu. Bali yang penuh dengan kein­da­han, magis dan juga nuansa ekso­tis dan artis­tik. JP Haure bukan­lah orang per­tama yang menam­pil­kan hal ini dalam karya­nya tapi saya kira juga bukan orang yang tera­khir. Sementara di lain sisi, rea­li­tas kehi­du­pan masya­ra­kat Bali bisa jadi tak seek­so­tis pers­pek­tif "pen­da­tang’’ atau­pun "penik­mat’’. Dari per­ma­sa­la­han ling­kun­gan yang diha­dapi dengan meng­gu­nun­gnya sampah sisa banten setiap kali upa­cara atau­pun ritual-ritual dia­da­kan sampai per­ma­sa­la­han urban yang jamak diha­dapi oleh kota-kota besar lain­nya seperti kema­ce­tan dan akhir-akhir ini juga banjir. Realitas sosial ini lenyap di kanvas JP Haure. Sebuah nos­tal­gia.


Untuk bebe­rapa hal, ekso­tika ter­se­but memang disa­dari dan "dipe­li­hara" oleh masya­ra­kat Bali karena memang dari sisi inilah, roda eko­nomi pulau ters­but ber­ge­rak (baca=pari­wi­sata). Dan kesan inilah yang paling mudah ditang­kap oleh orang-orang yang menik­mati Bali seperti halnya sang seni­man yang telah ber­mu­kim di Bali sejak tahun 1990. Sebuah pers­pek­tif yang saya kira sah sah saja untuk ada. Tapi Bali menyim­pan segu­dang kon­teks yang kira­nya tidak berhenti di satu ruang pamer saja.

Vidhyasuri Utami


Visual Art May-June 2012
  J-Philippe, Bali Press review Visual Art (Indonési

Our conversation

© Copyright・ 日ごとの福音・一般社団法人 ・2017~2021